Caranya, yakni dengan menghapus identitas virtual mereka di berbagai jejaring sosial besar, macam Facebook, MySpace, Twitter, dan LinkedIn. Melalui layanan Suicide Machine atau Seppukoo, seseorang dengan mudah menghilangkan akun mereka di beberapa jejaring sosial tadi dengan beberapa klik saja.
Nama Suicide Machine maupun Seppukoo sendiri, kurang lebih memiliki satu makna. Seppukoo adalah terminologi 'Seppuku' yang berasal dari Jepang, yaitu konsep bunuh diri para Samurai, untuk menjaga kehormatan mereka ketimbang takluk pada musuh.
Layanan macam ini memang sangat cocok bagi orang yang sudah terlalu jenuh dengan aktivitas di jejaring sosial yang begitu menyerap energi. Juga, orang yang ingin mengakhiri ketagihan dan ketergantungannya di jejaring sosial tersebut.
Dengan melakukan login di situs Suicide Machine sesuai user name dan password di Facebook, maka program mesin itu akan secara otomatis mengubah password, profil user, membuatkan profil secara otomatis di jaringan 'Social Network Suiciders', me-remove teman-teman dan grup yang diikuti di Facebook, serta me-remove semua status yang pernah diposting.
Melalui layanan ini, seseorang bisa 'bunuh diri' secara lebih simpel dan menghemat waktu, ketimbang melakukan semuanya secara manual. Pasalnya, Virtual Machine merupakan program sepanjang 2500 baris yang memanfaatkan Linux server dan menjalankan apache2 dengan modul python yang terinstalasi.
Bila secara manual, rata-rata waktu yang diperlukan untuk melakukan 'bunuh diri' virtual ini bisa mencapai 9 jam 35 menit, dengan layanan Suicide Machine, seseorang bisa melakukannya secara otomatis kurang dari satu jam.
Sementara, dengan melakukan login Facebook menggunakan layanan Seppukoo, seorang pengguna Facebook bisa secara otomatis melakukan deaktivasi akun Facebook-nya, meninggalkan pesan terakhir kepada seluruh teman-temannya di Facebook, dan membuat halaman obituari atau memorial.
Namun, melakukan bunuh diri virtual melalui Seppukoo sebenarnya tidak sepenuhnya menghilangkan akun di Facebook, menghilangkan informasi kegiatan, atau memutus hubungan kita dengan rekan-rekan di jaringan Facebook. Sebab, Facebook memiliki kebijakan yang akan terus menyimpan informasi tersebut.
Oleh karenanya, seseorang bisa dengan mudah melakukan 'kebangkitan kembali' di Facebooknya. Cukup dengan melakukan kembali login di Facebook, maka kehidupan sosial di Facebook seseorang bisa kembali seperti sedia kala.
Bagaimanapun, layanan semacam ini bisa memberikan alternatif baru bagi seseorang untuk menghentikan rutinitas kehidupan sosial virtual yang dirasa mulai menjemukan. Bahkan, Suicide Machine mengklaim, bunuh diri virtual ini menyehatkan, dan bisa meningkatkan kualitas hidup seseorang di dunia nyata, rata-rata 25 persen dari sebelumnya.
Tak heran bila kemudian tren bunuh diri virtual ini menyebar seperti sebuah virus. Sejak mulai diluncurkan akhir Desember lalu, Suicide Machine mengklaim telah memutus 58.190 tali pertemanan di Facebook, menghapus 203.748 tweet di Twitter, dan menghapus 879 profil orang di berbagai jejaring sosial.
Sementara Seppukoo mengklaim telah mengundang 50 ribu orang untuk bergabung dengan jejaring sosial bunuh diri mereka. Namun, tentu saja, Facebook tak akan membiarkan wabah ini menggerogoti jumlah anggota mereka.
Sejak pertengahan Desember lalu, Facebook telah memblokir layanan Seppukoo dari Facebook, menyurati dan menuduh situs itu melakukan berbagai pelanggaran terhadap Facebook: mengumpulkan informasi rahasia dan identitas para pengguna Facebook, mengakses akun Facebook orang lain, dan memanfaatkan properti intelektual Facebook untuk kepentingan komersial mereka sendiri.
Oleh karenanya Facebook meminta Seppukoo menghentikan layanan mereka. "Bila Seppukoo mengabaikan permintaan ini, Facebook akan menempuh langkah apapun yang perlu, untuk mempertahankan hak, kualitas layanan, dan informasi pribadi pengguna kami," ujar Leota L Bates wakil dari Facebook, pada 'surat ancaman' mereka.
Namun, Maria Teresa Votta, pengacara yang mewakili pihak Seppukoo, membantah tuduhan Facebook. "Informasi yang diperoleh Seppukoo telah dikomunikasikan dengan klien kami, dan mereka sendiri yang memberikan secara sukarela," kata Maria.
Alih-alih melindungi data penggunanya, Maria malah menuding Facebook telah menentang kehendak bebas dari para pemilik data sebenarnya. "Ini bukan mengamankan privasi, namun pelanggaran dari kehendak bebas pengguna untuk menentukan wilayah personal mereka," kata Maria.
Hal yang sama ditempuh Facebook kepada Suicide Machine. Facebook memang menjadi salah satu pihak yang paling dirugikan bila layanan jenis ini terus berkibar. Agaknya, bagi Facebook, membiarkan layanan ini terus tumbuh, sama saja bunuh diri secara perlahan.
--------------
Sumber : VIVAnews