Jika melihat sekilas http://www.barackobama.com/ maka kita akan terperangah dengan visi misi Barack Obama. ada beberapa pidato yang ingin saya komentari terlebih dahulu sebelum membahas mengenai Politik Luar negri Beliau. Dikatakan disana :
" This is our chance to answer that call. This is our moment. This is our time – to put our people back to work and open doors of opportunity for our kids; to restore prosperity and promote the cause of peace; to reclaim the American Dream and reaffirm that fundamental truth – that out of many, we are one; that while we breathe, we hope, and where we are met with cynicism, and doubt, and those who tell us that we can’t, we will respond with that timeless creed that sums up the spirit of a people"
Pdato yang sangat berkelas dan berbobot, hal ini cukup pantas untuk membuktikan ia dapat menjadi Presiden USA 2008. Hudup Obama...
dan diakhir pidato Barack Obama acapkali menyertakan,"Yes We Can. Thank you, God bless you, and may God Bless the United States of America." yang berarti, "Ya kita bisa, Tuhan berserta kita dan Semoga Tuhan Memberkati Amerika Serikat". Hal ini cukup membuktikan bahwa Presiden seharusnya Takut akan Tuhan, Karena Takut Akan Tuhan adalah landasan yang kekal untuk dapat hidup dengan bijaksana. Hidup Barack Obama!!!
Komitmen Obama ini menjadi catatan yang harus diperhatikan para pengusaha yang menelantarkan kaum buruh dan merusak lingkungan di seluruh dunia karena sikap politik Obama tersebut tak hanya diproyeksikan pada tingkat nasional namun juga ke level internasional.
Yang terpenting adalah sebagian besar penasehat keamanan, politik luar negeri dan ekonomi Barack Obama berpandangan, adalah penting bagi Amerika Serikat untuk berdialog tidak hanya dengan para sekutu dan negara sahabat, tetapi juga dengan musuh-musuh AS.
Jadi, Gedung Putih kini sangat mungkin tidak mengharamkan berbicara dengan orang-orang yang kerap dipersepsikan sebagai musuh AS seperti Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad atau Presiden Venezuela Hugo Chavez, bahkan para pemimpin Kuba.
"Para penasehat ini benar-benar merefleksikan keyakinan Obama yang selama ini didengungkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini diplomasi telah turun derajat dan AS mestinya tidak takut untuk bernegosiasi dengan siapa pun," kata Derek Chollet dari Center for New American Security yang pernah menjadi penasehat kampanye untuk cawapres John Edwards.
Oleh karena itu, kebijakan dan pendekatan luar negeri Obama akan sangat berbeda dari Presiden Bush.
"Apakah itu dalam menimbang penggunaan kekerasan (di penjara), pada soal perubahan iklim, bagaimana kami menghadapi Iran, mengatasi Irak atau dalam proses perdamaian Timur Tengah, anda akan melihat perubahan besar," tambah Chollet.
Selain itu, Obama akan terlibat dalam perdagangan karbon, sesuatu yang didagangkan Pangeran Charles ke Indonesia belum lama ini.
Obama juga berikrar untuk menginvestasikan 150 miliar dolar AS untuk pengembangan teknologi energi bersih, memburu Alqaeda di Pakistan dan menaklukan Taliban di Afghanistan.
Semua prinsip dasar kebijakan Presiden Barack Obama itu dicetuskan oleh limabelas orang paling penting dalam lingkaran utama Obama selama ini.
Kelimabelas orang ini akan duduk menjadi tim penasehat keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan kebijakan ekonomi.
Penasehat Keamanan
Untuk penasehat keamanan, ada enam tokoh yang dianggap akan selalu mengiringi Obama, diantaranya mungkin menjadi menteri pertahanan dan direktur badan intelijen.
Keenam orang ini umumnya menolak perang, cinta diplomasi dan negosiasi, namun tegas terhadap terorisme atau anarki global.
Keenam orang itu adalah Denis McDonough, Richard Danzig, Jonathan Scott Gration, Sam Nunn, William J. Perry, dan Sarah Sewall.
Denis McDonough adalah koordinator penasehat keamanan dalam kampanye Obama dan menjadi orang terkeras yang berbicara soal perubahan iklim dan pemanasan global. Ia sangat aktif mempromosikan penarikan pasukan AS di Irak demi menyelamatkan defisit APBN dan membantu penyelamatan ekonomi AS yang lagi krisis.
Kedua adalah Richard Danzig. Mantan menteri angkatan laut, pakar Center for Strategic and International Studies (CSIS) Washington dan konsultan urusan bioterorisme pada Departemen Pertahanan AS ini adalah pakar keamanan yang mendesak diakhirnya konflik-konflik bersenjata seluruh dunia.
Sementara Jonathan Scott Gration adalah pensiunan marsekal muda yang aktif dalam Tujuan Pembangunan Milinium-nya PBB. Veteran Perang Teluk 2001 dan mantan direktur di markas besar pasukan AS di Eropa (USEROCOM) yang pandai berbahasa Swahili ini adalah aktivitas gerakan anti kemiskinan.
Di samping mendesak AS untuk fokus mengejar Alqaeda, Gration adalah pendesak utama penarikan pasukan AS di Irak.
Orang keempat adalah Sam Nunn. Mantan senator Georgia ini adalah pakar perlucutan senjata. Kemungkinan dia adalah tokoh yang diharapkan mengatasi krisis nuklir dengan Korea Utara dan Iran.
AS akan makin aktif menekan Iran dalam soal nuklir, tetapi dengan cara yang sama sekali lain dari Bush, yaitu bernegosiasi langsung dengan negara para mullah ini.
Kelima adalah William J. Perry. Penasehat keamanan semasa Presiden Clinton ini adalah profesor pada Universitas Stanford. Di samping aktif mempromosikan perlucutan senjata nuklir, ia adalah salah seorang yang terang-terangan menentang penggunaan militer di Irak.
Terakhir, Sarah Sewall. Spesialis kebijakan publik dari Universitas Harvard ini adalah mantan deputi menteri pertahanan semasa pemerintahan Clinton.
Bersama dengan Komandan Pasukan AS di Irak, Jenderal David Petraeus, Sarah adalah pengarang buku strategi anti perang gerilya. Perempuan ini adalah salah seorang pakar strategi militer utama AS.
Kebijakan Luar Negeri
Untuk urusan kebijakan luar negeri, lima orang tokoh diproyeksikan mengendalikan lingkaran kebijakan luar negeri AS era Obama. Mereka rata-rata adalah penyokong demokratisasi, kerjasama internasional, multilateralisme dan penegakkan hak asasi manusia (HAM).
Kelima orang itu pertama adalah Anthony Lake. Mantan penasehat keamanan semasa Bill Clinton dan profesor diplomasi pada Universitas Georgetown ini adalah penyokong utama multilateralisme pimpinan PBB, juga mendukung aktivasi terus menerus Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Tokoh intelektual berikutnya adalah Mark Lippert. Orang ini adalah penasehat kebijakan luar negeri utama Obama di mana dia selalu hadir dan merancang kampanye Obama mengenai masalah internasional.
Orang ketiga adalah Susan E. Rice. Perempuan pakar ekonomi global, pembangunan dan kebijakan luar negeri ini adalah juga spesialis Afrika sekaligus pendukung utama sejumlah kampanye kemanusiaan global seperti di Darfur, Sudan.
Susan juga gencar melancarkan kampanye pengentasan kemiskinan dan pernah menyatakan kemiskinan global adalah salah satu unsur bagi stabilisasi keamanan nasional AS.
Keempat, Gregory B. Craig. Mantan pembantu dekat Bill Clinton ini adalah orang yang menginginkan AS berdekatan kembali dengan Amerika Latin yang sekarang cenderung memusuhi Washington.
Gregory mungkin menjadi penghubung Obama ke tokoh-tokoh kiri baru (neososialisme) di Amerika Latin.
Terakhir adalah mantan menteri luar negeri semasa Clinton, Madeleine K. Albright. Perempuan diplomat ini aktif berkampanye dalam soal-soal kemanusiaan, demokratisasi dan hak asasi manusia. Reputasinya terkenal di seluruh dunia sebagai pendekar hak asasi manusia seperti di Bosnia.
Protektif
Untuk bidang ekonomi, semua dari empat ekonom penasehat Obama tergolong cenderung mempromosikan kebijakan ekonomi yang protektif meski berulangkali mendukung pasar bebas.
Salah seorang dari mereka adalah Austan Goolsbee, lulusan Universitas Chicago, kampus di mana mahaguru pasar bebas (profesor Milton Friedman) mengajar.
Keempat orang dalam lingkaran terdalam kekuasaan Obama ini umumnya mendua dalam menyikapi perekonomian. Di satu sisi mendukung pasar bebas, namun di sisi lainnya menghendaki diterapkannya aturan untuk mendisiplinkan pasar. Bahkan keempatnya cenderung mempromosikan kebijakan yang sangat melindungi perekonomian domestik.
Keempat orang itu diantaranya adalah Jason Furman. Peneliti ekonomi senior pada Brookings Institution ini pernah aktif di Bank Dunia dan menjadi anak buah dari Menkeu Robert Rubin semasa Presiden Clinton.
Jason adalah ekonom pendukung pasar besar tetapi berpendapat bahwa perekonomian domestik adalah fokus yang harus dibuat ketika AS aktif dalam perdagangan bebas. Fokus itu diambil untuk menjamin keamanan sosial rakyat AS.
Orang kedua adalah William M. Daley. Ekonom yang terlibat dalam gugus tugas Pakta Dagang Bebas Amerika Utara (NAFTA) ini juga berpandangan mendua dalam soal perdagangan bebas.
Di satu pihak William mendukung pasar bebas, tetapi di sisi lain malah ingin perekonomian domestik AS kuat sehingga kebijakan ekonominya menjadi cenderung protektif.
Ekonom ketiga adalah Austan Goolsbee. Ekonom lulusan University Chicago ini adalah peneliti utama pada Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER).
Berbeda dari umumnya lulusan fakultas ekonomi Universitas Chicago yang pernah melahirkan maha guru neoliberal (Milton Friedman), Goolsbee mendukung pasar bebas namun mendorong penerapan aturan dalam transaksi ekonomi.
Yang paling menakutkan dari Goolsbee, terutama negara-negara ekonomi berkembang, adalah kritiknya terhadap ekposur modal asing pada obligasi dan seluruh surat utang pemerintah AS. Dia mengingingkan surat utang pemerintah AS tidak dijual kepada asing.
Terakhir adalah Daniel K. Tarullo. Profesor Hukum dari Universitas Georgetown ini adalah spesialis hukum dagang internasional, hukum internasional dan hukum perbankan.
Diambil dari : http://www.antara.co.id/arc/2008/11/6/menelisik-warna-politik-luar-negeri-presiden-barack-obama/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar